MANGGIS BONEK CLUB
SALAM SATOE NYALI . . . WANI

Rabu, 22 Februari 2012

KOMUNITAS SUPORTER SEPAK BOLA

Suporter Persebaya yang dikenal dengan sebutan Bonek sudah tak asing lagi di kalangan masyarakat. Bukan hanya di Surabaya atau Jawa Timur, akan tetapi Bonek sudah cukup terkenal diseluruh Indonesia. Hal itu tak lepas dari kesetiaan Bonek memberikan dukungan kepada Persebaya dimanapun berada. 



SOFYAN CAHYONO

SURABAYA



Disadari atau tidak, Bonek sudah menjadi salah satu ikon Surabaya. Kesetiannya mendukung Persebaya serta beberapa aksinya yang menuai pro dan kontra membuat Bonek semakin dikenal. Seakan Bonek sudah melekat erat dengan Surabaya. Begitu mendengar Surabaya pasti dalam pikiran akan terlintas dengan Bonek. 



Kendati sebutan Bonek sudah begitu akrab di kalangan masyarakat, mungkin masih banyak yang tidak mengetahui tentang sejarah Bonek itu sendiri. Istilah Bonek yang merupakan singkatan dari Bondo Nekat (Modal Nekad) mulai dikenal sekitar tahun 90-an. Julukan Bonek diberikan kepada suporter bola yang nekad memberikan dukungan dimanapun berada meski tak memiliki uang atau modal sama sekali. 


Sebenarnya, perilaku Bonek yang sekarang ini merupakan warisan turun-menurun dari masyarakat yang hidup di pinggiran sungai Brantas yang membentang dari Kediri sampai Surabaya. Wilayah itulah yang kemudian dikenal sebagia ekologi budaya Arek. 



Adapun Arek sendiri merupakan kekayaan kultur Jawa Timur yang memiliki karakteristik keras. Karakteristik keras itu lebih kepada sikap pantang menyerah, ngeyel dan keteguhan mempertahankan pendapat serta prinsip sebagai wujud penghargaan tertinggi terhadap harga diri. Kultur Arek ini juga mempunyai semangat juang tinggi, solidaritas kuat dan terbuka terhadap perubahan. 



Apa yang dilakukan para Bonek saat ini merupakan cerminan kultur Arek. Mereka siap memberikan dukungan kepada Persebaya dimanapun berlaga. Bahkan para Bonek nekad berangkat ke luar kota ataupun ke luar provinsi walau dengan bekal pas-pasan atau bahkan tanpa bekal sama sekali. 



Berdasarkan catatan yang ada, Bonek merupakan suporter bola pertama di Indonesia yang mentradisikan away supporter (pendukung sepak bola yang mengiringi tim pujannya bertandang ke kota lain). Bahkan, dulu stadion Senayan sempat dibuat ‘hijau’ oleh Bonek. Modal tekad menghijaukan senayan begitu menggebu. Yang punya duit pas-pasan masih punya cara menggandol truk secara estafet dari Surabaya-Jakarta sambil ngamen. Bahkan ada yang berangkat jauh-jauh dengan menumpang kereta pertamina yang jalannya seperti keong. 



Salah satu humas asosiasi Bonek di Surabaya, Andi Peci mengatakan, apapun akan dilakukan Bonek untuk memberikan dukungan kepada tim kesayangannya, Persebaya. Keterbasan modal atau uang bukan alasan untuk tidak memberikan dukungan. "Selain memberikan dukungan, kita juga ingin menunjukkan kalau arek-arek Surabaya ini pemberani dan pantang menyerah," cetusnya. 



Para Bonek siap berkorban apa saja demi Persebaya. Tanpa digerakkan atau didanai oleh pengurus Persebaya mereka akan siap memberikan dukungan. Bukan hanya saat Persebaya bertanding di Surabaya, tetapi dukungan akan tetap diberikan dimanapun Persebaya bermain.*


Tak Selalu Radikal dan Anarkis


Untuk saat ini, Bonek selalu identik dengan sikap radikal dan anarkis. Entah persepsi itu kapan mulai muncul, yang jelas dulunya Bonek tidak radikal da anarkis. Pada gelaran Ligina II tahun 1995, Persebaya dikalahkan Putra Samarinda dengan skor 0-3. Meski kalah, ketika itu tidak ada amuk masa dari Bonek sama sekali. Sebagai bentuk kekecewaan, Bonek hanya menyanyikan yel-yel umpatan agar pelatih Persebaya mundur. 



Bahkan saat berlaga di Divisi I, dan Persebaya dikalahkan PSIM dengan skor 1-2 di kandang sendiri, tak ada kerusuhan sama sekali. Padahal jika menengok sejarah, hubungan Bonek dengan suporter PSIM sempat memburuk. Seiring dengan meninggalnya salah satu Bonek dalam kerusuhan di kala perserikatan dulu. 



Menurut Andi Peci, tindakan radikal dan anarkis yang terjadi selama ini merupakan ulah oknum. Sekadar diketahui, semenjak Persebaya juara pada 2004, jumlah pendukung yang mengatasnamakan diri sebagai Bonek kian melonjak. Tak hanya dari Surabaya, tetapi mereka juga berasal dari luar kota Surabaya. "Setelah tahun itu mulai banyak pemberitaan yang menjelek-jelekkan Bonek karena berbuat anarkis," ungkapnya. 



Bisa jadi, tindakan anarkis yang selama ini terjadi dilakukan oknum tertentu untuk merusak citra baik Bonek. Mereka bisa saja menyamar menjadi bonek dan kemudian membuat ulah. "Mungkin saja oknum yang tidak suka dengan Bonek lalu mencoba membuat kekisruhan dengan menyamar menjadi Bonek," paparnya. 



Dalam komunitas Bonek sendiri selalu dilakukan pembinaan kepada setiap anggotanya. Misalnya, untuk menghindari pertikaan di jalan, bagi Bonek yang datang dari luar kota untuk tidak memakai kaos Bonek selama di perjalanan. Hal itu untuk menghidari serangan oknum-oknum tertentu yang tidak suka dengan Bonek. "Seperti Bonek dari Pasuruan dan sekitarnya, kita selalu menyarankan untuk tidak memakai kaos saat menuju Surabaya," ujarnya. 



Lebih lanjut, Andi Peci menegaskan, Bonek bukan supoter yang radikal dan anarkis. Bonek tidak akan anarkis kalau tidak diprovokasi. Ironisnya, tindakan provokasi itu kerap dilakukan oknum tertentu agar bertindak anarkis. Dengan begitu, Bonek akan dicap jelek oleh masyarakat. "Kami akan berusaha sabar dan tabah," imbuhnya.* sof


Sensasi Menggandol Truk 


Fenomena Bonek nggandol truk atau kendaraan lainnya jelang laga Persebaya bukanlah pemandangan baru lagi. Seakan tak lagi memikirkan keselamatan di jalan, para Bonek terlihat enjoy bergelantungan di kendaraan yang melintas untuk menuju stadion tempat Persebaya bertanding. Sekali lagi inilah bukti tingginya solidaritas Bonek kepada Persebaya. 



Tindakan para Bonek nggandol kendaraan bukan tanpa alasan. Yang jelas mereka melakukannya sebagai solusi keterbatasan dana. Jangankan untuk naik kendaraan umum menuju stadion, uang untuk beli karcis pun kadang pas-pasan. Namun masih ada alasan lain kenapa mereka nggandol kendaraan. 



Ada Bonek yang mengaku mendapatkan sensasi tersendiri saat nggandol kendaraan. Jarang sekali orang yang berani menghentikan kendaraan untuk mencari tumpangan karena tidak memilik uang. Padahal seseorang harus berpikir cepat dan berani bertindak ketika dalam keterbatasan. "Kalau tidak berani nggandol ya tidak bisa nonton Persebaya. Wong punya uang hanya cukup untuk beli karcis," terang salah satu Bonek, Budi. 



Tindakan nggandol kendaraan ini juga bukan tindakan anarkis. Para Bonek hanya menumpang kendaraan yang searah dengan tempat Persebaya bertanding. Mereka tidak pernah memaksa pengemudi kendaraan untuk mengantarkannya ke stadion. "Numpang yang searah saja, kalau tidak searah ya percuma," cetusnya. 



Selain itu, sasaran para Bonek adalah kendaraan dengan bak terbuka. Seperti truk, pikup dan sejenisnya. Hampir tidak pernah Bonek menghentikan kendaraan pribadi untuk sekadar ditumpangi.* sof 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar